'never leave your heart unlocked, mar,' ujarnya
sambil lalu. sedikit kutangkap kekhawatiran dimatanya. sedikit? atau mungkin
hanya perasaanku saja?
'kalau sudah begini, kau juga yang repot
kan ya. muka sampai kucel begitu. semalaman nggak tidur lagi?'
aku menggeleng.
ia tersenyum. senyuman yang mampu membuat diriku ingin berlama-lama berdekatan
dengannya. tak pernah bosan. berada disekitarnya tak pernah membuatku bosan.
orang bilang aku sangat pendiam. introvert. tapi akan berbalik kenyataannya
bila sudah berada disamping dinda, perempuan itu.
aku mengenal dinda satu tahun yang lalu. tak ada yang istimewa darinya kecuali ia begitu perhatian padaku. pembicaraan kami selalu nyambung. dia sangat mengerti aku. apa yang kupikirkan, ia tau. bersamanya aku bisa menjadi diriku sendiri. ia begitu tulus dan jujur, meski kadang begitu naif. belum pernah kutemukan seseorang sepertinya. seorang yang dapat melengkapi hidupku. hanya dia yang mampu membuka pintu hatiku yang telah lama tertutup.
'kalau masih mencintainya, katakan. jangan pendam
perasaanmu sendiri. kau ini laki-laki, mar, jangan menunggu seorang wanita
untuk menyatakan perasaannya padamu.'
'sudah kuputuskan. i quit.'
ia menatapku heran. 'kenapa?'
'biar dia jadi masa laluku, din. sudah saatnya
kulepaskan.'
'semudah itu?'
aku menunduk. nggak pernah mudah bagiku, din.
sulit. melepaskan mirta adalah keputusan terberat bagiku. tapi entah mengapa,
bersamamu semuanya menjadi lebih mudah. beberapa kali kucoba mengenang
hari-hari bahagiaku bersama mirta, sesuai saranmu, tapi tetap saja tak satupun
yang dapat kuingat dengan baik. dibenakku sekarang hanya ada dirimu. mengertikah
kau?
ia mendekat, dan memegang pundakku. 'jangan
menyiksa diri lagi. kalau besok tiba-tiba pikiranmu berubah juga nggak papa.
itu wajar. bertahun-tahun kau bersama mirta. akan ada saatnya kau
menyesali keputusan ini dan mengambil langkah untuk berdamai kembali. aku tau
bagaimana rasanya.'
mata itu. mata yang teduh sekaligus menyimpan
beribu kepedihan didalamnya. yang aku tau, dinda pernah juga terluka. begitu
terlukanya sehingga membuatnya jera untuk membangun relasi yang baru. itu
sebabnya selalu ia katakan never leave your heart unlocked. hati ini harus selalu
dalam keadaan terkunci rapat. biar tak ada kesempatan bagi cinta atau apapun
namanya untuk membuatnya terluka. pemikiran yang aneh, tapi sekaligus masuk
akal bagiku. wajar saja, kami pernah sama-sama terluka dan tak ingin lagi
berdarah-darah. tapi aku bukan pria seperti bagas, din. aku berbeda.
'kau kuat kan?'
aku mengangguk.
'baiklah, aku pulang sekarang. mau antar ibu ke
dokter. hubungi aku kapan saja kau mau, oke.'
aku mengangguk lagi. kami berjalan menuju area
parkir.
aku mencintaimu, din. entah kapan aku bisa mengatakan ini kepadamu. hatiku bukan milik mirta lagi sekarang. yang kuinginkan hanya dirimu. hanya saja jangan terus mengunci hatimu rapat-rapat. ijinkan aku memasukinya. seperti kau yang sudah menguatkan aku, akan kulakukan hal yang sama. tak bisa kujanjikan surga, tapi aku akan membuatmu bahagia. kau tau, kita akan bahagia bersama. aku pastikan itu.
aku mencintaimu, din. entah kapan aku bisa mengatakan ini kepadamu. hatiku bukan milik mirta lagi sekarang. yang kuinginkan hanya dirimu. hanya saja jangan terus mengunci hatimu rapat-rapat. ijinkan aku memasukinya. seperti kau yang sudah menguatkan aku, akan kulakukan hal yang sama. tak bisa kujanjikan surga, tapi aku akan membuatmu bahagia. kau tau, kita akan bahagia bersama. aku pastikan itu.
di jalan yang sama, wajah dinda basah oleh
airmata..
juga dimuat di lapak saya @kompasiana.com
Komentar