cerpen leilla : mencintai dewa

"focus on what makes you happy.. jangan terus terpuruk seperti ini."
mirta menarik napas panjang.
kata-kata itu mungkin lebih cocok untukku. 
tentu saja aku juga tak mau seperti ini. 
aku juga ingin bahagia. meski tanpa dewa.

"besok temani aku ya, wi. berada di tempat yang penuh kenangan bersama dewa sungguh membuatku gila."
airmata mengalir begitu saja di pipi mirta. tiba-tiba ia menangis.
"ini berat bagiku, wi.. sungguh.. kenapa dewa? kenapa bukan yang lainnya?"
aku merengkuhnya.
kasihan mirta.
aku juga.

bulan lalu..

"putih ini bagus?"
dewa mengangguk.
"tapi aku lebih suka warna hijau."
dewa menggeleng.
"benar kata dewa, mir, putih lebih bagus di badan kamu," sahutku. hari sudah beranjak sore ketika bertiga kami pergi ke salon tempat mirta dan dewa mencoba gaun pernikahan mereka. mirta begitu mempesona dengan brokat putih itu. dewa juga. meski terlihat pucat, dewa tetap terlihat gagah.
what  a perfect combination..
"kamu sakit, wa?" tanyaku.
"enggak."
"c'mon, mukamu pucat begitu. jangan bohong. kamu bukan pembohong yang baik." entah mengapa aku selalu lebih peka pada apa yang dirasakan dewa. ia  tersenyum. sementara mirta hampir saja terjatuh saat mencoba selop tingginya. mata dewa seolah berbicara padanya, hati-hati.
"apa?" tanyanya sambil lalu. ia menghela napas. berat.
"seharusnya kita bisa kesini besok. paling tidak kau bisa istirahat dulu di rumah. perjalanan pulang kemarin pasti melelahkan, bukan?" aku sangat mengerti bila dewa merasa letih. ia menempuh ribuan kilometer dari rumahnya hanya untuk persiapan pesta pernikahan ini.
seandainya aku bisa menghiburmu lebih lama, wa.
"dadaku belakangan sering sakit, wi. nggak tau kenapa."
"sudah ke dokter?"
ia menggeleng. "gak parah juga kok."
"jangan anggap enteng gejala. kadang itu alarm untuk menunjukkan ada hal yang salah di badan kita."
dewa mengangguk.
"sudah cantik belum nih." mirta keluar dari tempat ganti dengan wajah ceria. cantik. ia sangat cantik. itu sebabnya dewa lebih memilih dia ketimbang aku. ups, what am i thinking?
dewa sahabatku. mirta juga.
sore itu berakhir dengan indah. 
mirta merasa puas dengan hasil baju dan make up-nya.
semuanya siap. tinggal menghitung beberapa hari lagi dan mereka akan bahagia.
i'm happy for you too, dewa.

sehari setelah itu..

"tiwi, dewa nggak ada." aku benci suara telpon di malam hari. suara mirta. 
mengapa ia menangis?
"nggak ada apa maksudnya? katakan yang jelas." aku mulai khawatir.
"dewa.."
"dewa kenapa? dia kemana?"
tak ada jawaban. mirta jatuh pingsan.
dewa meninggal!

tempat peristirahatan terakhir dewa..

mencintai seseorang yang tidak mencintaimu..
memikirkan seseorang yang bahkan tak pernah memikirkanmu..
jangan mencibir kebodohanku, wa, sebab aku mencintaimu, 
tak pernah berhenti mencintaimu..

dan mataku benar-benar basah oleh airmata
 

Komentar